Marqiem

 Wilujeng Rawuh Sedaya Mawon  

Kamis, 10 Mei 2012

Masalah Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kebijakan pemerintah untuk menghasilkan Kepala Sekolah yang mumpuni, digdaya dalam hal kepemimpinan tidak diragukan lagi, dibuktikan dengan ketatnya syarat prasyarat yang harus dipenuhi pada proses rekrutmen. Tidak perlu kita bicarakan proses rekrutmen Kepala Sekolah sebelum tahun ini, karena "itu duluuu..."dah jadul dan gak jaman lagi. Kita bicarakan yang sekarang aja, yang up to date, lebih gress...afdol dan lebih bermutu. Dari syarat pengajuan untuk menjadi calon Kepala Sekolah, mungkin sama atau hampir sama dengan yang dulu, hanya saja sekarang harus lebih komplit lagi,mulai dari surat lamaran, sampai lampiran-lampirannya mulai NUPTK sampai makalah, dan persyaratan lain yang seabreg dan kadang membikin stress.

Yang jelas, calon kepala sekolah sekarang harus Diklat dulu dan mengantongi sertifikat yang membuktikan bahwa dirinya layak menjadi seorang Kepala Sekolah. Dalam diklat itu si calon ditempa dan digembleng mati-matian untuk menjadi manusia terbaik, paling tidak di sekolah tempatnya bertugas nanti. Menguasai segala ilmu kepemimpinan, mempunyai sifat-sifat pemimpin yang patut untuk diteladani dan bukan...maaf "ditelanjangi" baik oleh atasannya,bawahannya maupun masyarakat. Menjadi pemimpin yang mampu membidik kesempatan untuk melakukan inovasi, meningkatkan kreatifitas, menyelenggarakan "pemerintahan" yang transparan, efektif dan efisien, dapat menjadi orang tua asuh bagi bawahannya, pemerhati yang kritis, tegas, tanggap,bijaksana, cepat dan tepat demi kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Mereka digembleng bukan untuk menjadi pemimpin terbawah yang pemikirannya berada di tingkat bawah dan mungkin...maaf "hampir jongkok". Pemimpin yang asal sendhika dhawuh,inggih, yes..boss, asal bapak senang, suka-suka bapak dan maaf, menjadi "alas kaki atasannya" sehingga mengakibatkan "kematian" pada pemikirannya. 

Kepala Sekolah era globalisasi harus "melek" IT, karena menterinya sekarang "gaul", canggih, dan ngerti teknologi. Bukan apa-apa sih....cuma ngingetin aja,di era teknologi canggih sekarang ini, kalau pemimpin gak melek teknologi bakalan mudah dibohongi bawahannya. Kenapa begitu?ingat petuah mbah-mbah kita bahwa wong bodho bakal dadi pangane wong pinter, wong pinter bakal dadi pangane wong ngerti. Ngerti dalam bahasa jawa pengertiannya sangat dalam. Ngerti bukan hanya tahu, tapi ngerti itu adalah paham. Paham apa yang ia pikirkan, paham apa yang ia ucapkan, paham apa yang ia laksanakan dan paham segala aspek serta efek yang melingkupi apa yang ia pikirkan, ucapkan dan laksanakan. Jadi, pemimpin saat ini haruslah mampu 4 M yaitu mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan dan memberdayakan dirinya sendiri dan yang dipimpinnya.

Mempengaruhi,seorang Kepala Sekolah harus mampu menunjukkan dirinya bahwa ia paham benar dengan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, mampu memberi pengertian dan meyakinkan bawahannya dengan ide-ide kreatif, inovatif, realistis yang dapat menantang mereka untuk membuktikan kemampuan dirinya berkaitan dengan apa, mengapa dan bagaimana melaksanakan tugas-tugasnya demi hasil yang maksimal. Membangkitkan jiwa kebersamaan dalam kesepahaman untuk mencapai tujuan bersama melalui tindakan-tindakan nyata dengan mengikutsertakan mereka dalam perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Menunjukkan sikap sebagai orang tua yang mampu membimbing, mengarahkan, dan menjadi penengah yang baik serta siap "dipersalahkan" atau pelindung.

Menggerakkan,mempunyai kemampuan manajerial yang baik, mampu berfikir strategis, mampu menganalisa masalah dengan cepat untuk mengambil keputusan pada kondisi-kondisi situasional, memberikan motivasi yang tinggi sehingga dapat membangkitkan semangat, kemauan dan pengertian yang dalam pada bawahannya untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana dan tujuan bersama yang telah ditetapkan. Bersikap objektif dalam menghadapi bermacam masalah, objektif dalam penilaian sifat, karakter maupun kinerja bawahan. Memberikan bimbingan melalui tindakan-tindakan nyata yang dapat dibaca bawahannya tanpa harus memberi tahu, seperti halnya bagaimana menjalin komunikasi yang baik antara pimpinan (dirinya) dengan atasan, pimpinan (dirinya) dengan bawahan, membagi perhatian dengan penuh keadilan kepada seluruh staff, membagi tugas sesuai dengan minat, bakat dan kompetensi yang dimiliki staff, menumbuhkan rasa aman dan nyaman melaksanakan pekerjaan dan memberikan inspirasi dengan pandangan-pandangan perspektif.

Mengembangkan,Kepala Sekolah hendaknya mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif dan penuh kebersamaan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada staf/bawahan untuk menyampaikan ide/gagasan, kritik, saran, memfasilitasi dan memberikan ruang kepada staff untuk mengembangkan kompetensinya dengan melanjutkan studi atau mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan profesi, memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada staff untuk mengembangkan karirnya. Secara berkala melaksanakan supervisi, bimbingan, pembinaan dan penilaian kinerja secara objektif, menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak terkait, menyusun anggaran yang sesuai dengan kebutuhan pengemembangan profesi staff/bawahan sesuai dengan aturan yang berlaku. Tidak kalah penting dari uraian di atas adalah bahwa Kepala Sekolah harus berani melakukan inovasi di segala bidang yang bertujuan untuk melakukan perubahan-perubahan positif yang merujuk pada pembaharuan-pembaharuan berbasis keunggulan.

Memberdayakan,melakukan inventarisasi dan analisis terhadap sumber daya yang ada baik sumber daya manusia maupun sarana prasarana dikaitkan dengan pemanfaatan dan pengembangan. Pemanfaatan sumber daya manusia di sesuaikan dengan kebutuhan untuk efisiensi. Mengikut sertakan staff/bawahan dalam acara-acara pengembangan kompetensi seperti diklat,seminar, workshop, dan lain sebagainya sesuai dengan minat dan bakatnya akan menambah pengetahuan dan pengalaman yang nantinya dapat menambah gairah mereka untuk menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang optimal. Staff/bawahan bukanlah orang yang mempunyai tugas untuk menurut dan patuh terhadap keinginan pimpinan, maka memberi kesempatan kepada staff/bawahan untuk mengemukakan pendapat, ikut menyelesaikan masalah dalam konteks musyawarah akan menambah kepercayaan dan loyalitasnya kepada pimpinan. Memberikan kepercayaan yang tinggi kepada staf untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kreatifitasnya asal tidak melanggar aturan yang berlaku akan lebih baik dibandingkan melalui penekanan dengan sebuah keharusan agar sesuai pendapat dan keinginan pimpinan. Memberikan saran, pandangan-pandangan, dan kebebasan dalam pemanfaatan sarana prasarana yang ada dalam rangkan penyelesaian pekerjaan, membuat staff tidak selalu bergantung kepada sarana prasarana yang harus baru. Untuk mengatasi kurangnya sarana prasarana, sebagai pimpinan harus mampu membuat inovasi terobosan-terobosan pengadaan.Kepala sekolah yang selalu konsisten dengan aturan dan kesepakatan bersama dalam sebuah tim akan membawa staff/bawahan menjadi orang-orang yang mempunyai loyalitas yang tinggi pula, baik kepada pimpinan, aturan, maupun pekerjaannya.

Kepala Sekolah/pemimpin dengan empat kemampuan di ataslah yang akan membawa kemajuan bagi instansi/sekolah yang dipimpinnya. Kekurangan dalam penguasaan kemampuan di atas akan mengakibatkan ketimpangan dalam kepemimpinan. Dan sekarang, tinggal anda, calon kepala sekolah, ingin menjadi kepala sekolah professional atau Kepala Sekolah yang hanya menjadi “alas  kaki” atasan.

Semoga bermanfaat.

4 komentar:

  1. Trims..
    Penggunaan kata-kata yang di luar pakem yang biasa ada, membuat satu kalimat menarik untuk disimak dalam tulisan di atas. Good..

    BalasHapus
  2. Trims. Sangat bermamfaat bagi calon kepsek. Smga sukses slalu

    BalasHapus