Marqiem

 Wilujeng Rawuh Sedaya Mawon  

Rabu, 16 Mei 2012

Free Sex, Kalangan Terpelajar dan Birokrat

Sudah bukan rahasia lagi bahwa di dunia pelajar telah terjadi pergaulan yang kebablasan (naudzubillahi min dzalik). Banyaknya video mesum dengan artis pelajar masih berseragam yang bisa di download secara bebas dan gratis. Keadaan itu membuktikan bahwa memang free sex itu ada.




Gbr.dari :temonsoejadi.wordpress.com 


Anak usia SMP dan SMA tidak peduli pakai jilbab atau pun tidak, tergoyahkan oleh indahnya pergaulan yang mereka ikuti. era globalisasi, dimana hampir seluruh pos-pos informasi dapat diakses dengan cepat dan tanpa biaya membuat mereka terlena oleh gambar-gambar atau film-film "indah" yang merupakan content dewasa. 

Pacaran...aku cinta kau...kau cinta aku seolah-olah ikatan resmi yang dapat dijadikan alasan untuk menyerahkan segalanya. Paras cantik, ganteng, body aduhai, seolah-olah halal untuk dijamah dan dinikmati dan seolah-olah akan dimiliki selamanya. Pendidikan sex yang sering didengung-dengungkan seakan-akan malah menjadikan keinginan merekan menjadi tambah tinggi untuk tahu lebih banyak dan tentu membuktikan. Tambah pinter untuk mencegah kehamilan, tambah seneng melakukannya, bahkan ketagihan. Ada ap ini? Apakah ini   konsekwensi logis dari sebuah kemajuan? Apakah ini merupakan bentuk jahiliyah baru? ah..sulit sekali untuk dibawa ke alam nalar yang benar.

Banyak sekali teori-teori para ahli, baik ahli pendidikan, sosiolog, sexsolog, ataupun ahli dakwah untuk mengatasi hal tersebut. Tapi apa? nggak ngefek sama sekali...!! masih saja bermunculan video-video baru dengan artis pendatang baru, bahkan bukan hanya di kalangan pelajar saja, tetapi hampir semua golongan ikut-ikutan berlomba menjadi artis terbaik. Pokoknya, sekarang bukan hanya pelajar yang "berhak" mesum, tapi bisa saja dari kalangan mahasiswa sampai birokrat. Itu hak azasi kami...!! itu yang seakan-akan ingin mereka katakan. "itu dokumen pribadi kami, bukan kami yang menyebarkan, kalaupun sampai  tersebar luas, itu bukan salah kami donk..?"hebat bukan? Lalu apa? salah siapa? 


Gbr. dari : zamrudhijau.blogspot.com

Kalangan birokrat pun tidak mau kalah, dengan menyewa ahli telematika mengadakan jumpa pers yang sekaligus sebagai ajang promosi atas profesi dan film barunya menyangkal mati-matian bahwa "itu bukan salahku..!!". "Hp, netbook, laptop, ipad kami dicuri, dan mungkin merekalah yang menyebarkan" lalu hukum bicara, "iya, nggak pa-pa, nggak masalah, tapi tetap sidang" organisasi massa, masyarakat, "plonga-plongo" kok cuma segitu, kok hanya seperti itu, terusannya mana? dan akhirnya tertutup peristiwa sangat besar, Nyungsepnya Sukhoi di perut Gunung Salak. Siapa yang salah?.
Baca Selengkapnya - Free Sex, Kalangan Terpelajar dan Birokrat

Senin, 14 Mei 2012

Opiniku Sebuah Refleksi, Guru...oh....guru...

Setelah diluncurkannya program sertifikasi guru (PNS) dan Guru Yayasan, praktis penghasilan guru meningkat. Pemerintah berusaha untuk memperhatikan dan menghargai guru dengan meningkatkan kesejahteraan mereka. Lalu, Sudah cukupkah itu?Sudahkah guru merasa cukup dengan penghasilan yang diterimanya termasuk tunjangan profesi (sertifikasi)? Sudah pantaskah jika negara menuntut profesionalisme, kompetensi dan peningkatan mutu pendidikan nasional? Sebelum ini seolah-olah gaji kecil adalah penghalang lahirnya kreatifitas, inovasi dan profesionalisme guru. Meskipun secara langsung maupun tidak, "iya". Meskipun secara langsung maupun tidak, "tidak". Coba, bayangkan, rumah guru dekat dengan sekolah dimana ia mengajar, bahkan ia dapat melihat secara jelas gedung sekolahnya tanpa penghalang, Begitu dekat ! 

Gbr. dari wwwtitisiswati.blogspot.com

Siswa-siswi masuk kelas dan ia mengajar. Anak-anak duduk di bangkunya melihat sekujur tubuh gurunya yang berpakaian rapi sambil mendengarkan senandung materi, tanpa berbuat apa-apa, sesekali mereka menjawab pertanyaan guru, mencatat dan mengerjakan tugas. Siswa-siswi ini menjadi ahli 3D (datang, duduk, diam). Inikah guru profesional?Pembelajaran seperti inikah yang diinginkan untuk meningkatkan mutu penidikan nasional? Tentu tidak..!!!. Pemberi tunjangan profesi tidak bisa menerima yang seperti itu, pemerintah minta yang lebih dari itu..!! Lalu apa yang dilakukan pemerintah?Melahirkan BERMUTU..!!! Guru, kepala sekolah, dan pengawas harus aktif di dalamnya....harus..!!! maka digelontorkanlah sejumlah dana kepada Kelompok-kelompok kerja guru entah yang namanya KKG, KKKS,MGMP atau apalah itu namanya.

Materi yang harus dipelajari guru dalam BERMUTU sangat bagus...dan pantas diacungi Jempol. Banyak keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai guru ditampilkan disitu. Materinya sih inovatif, dan menantang untuk membuktikan kreatifitas.

Riang mereka menerima gelontoran uang rakyat itu. Satu bulan, dua bulan, bahkan satu periode mereka aktif sekali. Giliran periode berikutnya mulai terlihat, satu beralasan repot banyak kerjaan, yang satu beralasan menunggu teman dan pulang dulu, yang satu beralasan ada kepentingan keluarga, yang satu beralasan, yang satu beralasan...dan yang satu beralasan. Bahkan ada yang berujar "Apakah meningkatkan mutu pendidikan itu semudah membalikkan telapak tangan??" Dan mereka tidak berbuat apa-apa, membalikkan telapak tanganpun tidak..apa lagi menyingsingkan lengan ..?! dan mereka selalu berujar "Meningkatkan mutu pendidikan tidak semudah membalik telapak tangan..!!"

Hormatku untukmu guruku, semoga ada manfaatnya.
Baca Selengkapnya - Opiniku Sebuah Refleksi, Guru...oh....guru...

Minggu, 13 Mei 2012

MENYUSUN RENCANA KEGIATAN SEKOLAH (RKS) YANG BAIK

Untuk penyelenggaraan sekolah yang efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional diperlukan rencana-rencana strategis yang dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan dan tujuan sekolah. Sekolah/madrasah harus mampu menciptkan lulusan yang memenuhi kompetensi untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sekolah/madrasah harus memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan. Sekolah harus menyediakan, mengembangkan dan mengelola sarana prasarana pendidikan dengan baik.
Untuk mewujudkan hal di atas sekolah/madrasah harus mampu menyusun sebuah rencana kegiatan  sekolah yang strategis dan mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan, keperluan dan tujuan sekolah. Rencana kegiatan tersebut umum disebut dengan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS). Untuk menyusun RKS sekolah harus mengikutsertakan seluruh stakeholder agar dapat diakses oleh semua pihak dan dilaporkan kepada publik, sehingga dapat memenuhi tuntutan publik.
Berikut langkah-langkah penyusunan RKS tingkat Sekolah Dasar yang dapat kami sampaikan.
Langkah pertama sebelum dilakukan penyusunan RKS adalah membentuk Tim Pengembang Sekolah  dengan menyertakan seluruh pemangku kepentingan. Setelah Tim Pengembang Sekolah terbentuk, laksanakan lima tahap berikut ini :

Tahap I : Menetapkan Kondisi Sekolah/Madrasah Saat ini
              1.Melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)
              2.Membandingkan Hasil evaluasi Diri Sekolah dengan acuan sekolah
              3.Merumuskan tantangan (Utama/prioritas) Sekolah
Tahap II: Menetapkan kondisi sekolah yang diharapkan
              1.Merumuskan visi sekolah
              2.Merumuskan misi sekolah
              3.Merumuskan tujuan sekolah
             4.Merumuskan sasaran dan indicator kinerja
Tahap III: Menyusun Program dan Kegiatan
            1.Merumuskan program dan menetapkan penanggungjawab program
            2.Merumuskan kegiatan, indicator kegiatan dan jadwal kegiatan
Tahap IV: Merumuskan Rencana Anggaran  Sekolah
           1.Membuat rencana biaya terprogram
           2.Membuat rencana pendanaan program
           3.Menyesuaikan Rencana BIaya dengan sumber pendanaan
Tahap V    : Merumuskan Rencana Kerja Tahunan Sekolah dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah(RKAS)
          1.Merumuskan Rencana Kerja Tahunan (RKT)
             a.Menetapkan program/kegiatan strategis
             b.Menetapkan Kegiatan Rutin/Reguler
             c.Menetapkan Jadwal RKTS
          2.Membuat Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Selanjutnya pengesahan dan sosialisasi RKS yang terdiri dari 3 (tiga) langkah yaitu :
1.Penyetujuan RKS oleh Rapat Dewan Pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah
2.Pengesahan berlakunya RKS oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau penyelenggara sekolah (bagi sekolah swasta)
3.Sosialisasi bagi seluruh pemangku kepentingan sekolah.

Semoga bermanfaat .
-----------------------------------------------------------------------------
Sumber : Materi pelatihan sekolah/madrasah : Peningkatan Manajemen Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah. Dirjen Pendidikan Dasar, Kemendikna dan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI
Baca Selengkapnya - MENYUSUN RENCANA KEGIATAN SEKOLAH (RKS) YANG BAIK

Kamis, 10 Mei 2012

Masalah Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kebijakan pemerintah untuk menghasilkan Kepala Sekolah yang mumpuni, digdaya dalam hal kepemimpinan tidak diragukan lagi, dibuktikan dengan ketatnya syarat prasyarat yang harus dipenuhi pada proses rekrutmen. Tidak perlu kita bicarakan proses rekrutmen Kepala Sekolah sebelum tahun ini, karena "itu duluuu..."dah jadul dan gak jaman lagi. Kita bicarakan yang sekarang aja, yang up to date, lebih gress...afdol dan lebih bermutu. Dari syarat pengajuan untuk menjadi calon Kepala Sekolah, mungkin sama atau hampir sama dengan yang dulu, hanya saja sekarang harus lebih komplit lagi,mulai dari surat lamaran, sampai lampiran-lampirannya mulai NUPTK sampai makalah, dan persyaratan lain yang seabreg dan kadang membikin stress.

Yang jelas, calon kepala sekolah sekarang harus Diklat dulu dan mengantongi sertifikat yang membuktikan bahwa dirinya layak menjadi seorang Kepala Sekolah. Dalam diklat itu si calon ditempa dan digembleng mati-matian untuk menjadi manusia terbaik, paling tidak di sekolah tempatnya bertugas nanti. Menguasai segala ilmu kepemimpinan, mempunyai sifat-sifat pemimpin yang patut untuk diteladani dan bukan...maaf "ditelanjangi" baik oleh atasannya,bawahannya maupun masyarakat. Menjadi pemimpin yang mampu membidik kesempatan untuk melakukan inovasi, meningkatkan kreatifitas, menyelenggarakan "pemerintahan" yang transparan, efektif dan efisien, dapat menjadi orang tua asuh bagi bawahannya, pemerhati yang kritis, tegas, tanggap,bijaksana, cepat dan tepat demi kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Mereka digembleng bukan untuk menjadi pemimpin terbawah yang pemikirannya berada di tingkat bawah dan mungkin...maaf "hampir jongkok". Pemimpin yang asal sendhika dhawuh,inggih, yes..boss, asal bapak senang, suka-suka bapak dan maaf, menjadi "alas kaki atasannya" sehingga mengakibatkan "kematian" pada pemikirannya. 

Kepala Sekolah era globalisasi harus "melek" IT, karena menterinya sekarang "gaul", canggih, dan ngerti teknologi. Bukan apa-apa sih....cuma ngingetin aja,di era teknologi canggih sekarang ini, kalau pemimpin gak melek teknologi bakalan mudah dibohongi bawahannya. Kenapa begitu?ingat petuah mbah-mbah kita bahwa wong bodho bakal dadi pangane wong pinter, wong pinter bakal dadi pangane wong ngerti. Ngerti dalam bahasa jawa pengertiannya sangat dalam. Ngerti bukan hanya tahu, tapi ngerti itu adalah paham. Paham apa yang ia pikirkan, paham apa yang ia ucapkan, paham apa yang ia laksanakan dan paham segala aspek serta efek yang melingkupi apa yang ia pikirkan, ucapkan dan laksanakan. Jadi, pemimpin saat ini haruslah mampu 4 M yaitu mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan dan memberdayakan dirinya sendiri dan yang dipimpinnya.

Mempengaruhi,seorang Kepala Sekolah harus mampu menunjukkan dirinya bahwa ia paham benar dengan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, mampu memberi pengertian dan meyakinkan bawahannya dengan ide-ide kreatif, inovatif, realistis yang dapat menantang mereka untuk membuktikan kemampuan dirinya berkaitan dengan apa, mengapa dan bagaimana melaksanakan tugas-tugasnya demi hasil yang maksimal. Membangkitkan jiwa kebersamaan dalam kesepahaman untuk mencapai tujuan bersama melalui tindakan-tindakan nyata dengan mengikutsertakan mereka dalam perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Menunjukkan sikap sebagai orang tua yang mampu membimbing, mengarahkan, dan menjadi penengah yang baik serta siap "dipersalahkan" atau pelindung.

Menggerakkan,mempunyai kemampuan manajerial yang baik, mampu berfikir strategis, mampu menganalisa masalah dengan cepat untuk mengambil keputusan pada kondisi-kondisi situasional, memberikan motivasi yang tinggi sehingga dapat membangkitkan semangat, kemauan dan pengertian yang dalam pada bawahannya untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana dan tujuan bersama yang telah ditetapkan. Bersikap objektif dalam menghadapi bermacam masalah, objektif dalam penilaian sifat, karakter maupun kinerja bawahan. Memberikan bimbingan melalui tindakan-tindakan nyata yang dapat dibaca bawahannya tanpa harus memberi tahu, seperti halnya bagaimana menjalin komunikasi yang baik antara pimpinan (dirinya) dengan atasan, pimpinan (dirinya) dengan bawahan, membagi perhatian dengan penuh keadilan kepada seluruh staff, membagi tugas sesuai dengan minat, bakat dan kompetensi yang dimiliki staff, menumbuhkan rasa aman dan nyaman melaksanakan pekerjaan dan memberikan inspirasi dengan pandangan-pandangan perspektif.

Mengembangkan,Kepala Sekolah hendaknya mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif dan penuh kebersamaan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada staf/bawahan untuk menyampaikan ide/gagasan, kritik, saran, memfasilitasi dan memberikan ruang kepada staff untuk mengembangkan kompetensinya dengan melanjutkan studi atau mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan profesi, memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada staff untuk mengembangkan karirnya. Secara berkala melaksanakan supervisi, bimbingan, pembinaan dan penilaian kinerja secara objektif, menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak terkait, menyusun anggaran yang sesuai dengan kebutuhan pengemembangan profesi staff/bawahan sesuai dengan aturan yang berlaku. Tidak kalah penting dari uraian di atas adalah bahwa Kepala Sekolah harus berani melakukan inovasi di segala bidang yang bertujuan untuk melakukan perubahan-perubahan positif yang merujuk pada pembaharuan-pembaharuan berbasis keunggulan.

Memberdayakan,melakukan inventarisasi dan analisis terhadap sumber daya yang ada baik sumber daya manusia maupun sarana prasarana dikaitkan dengan pemanfaatan dan pengembangan. Pemanfaatan sumber daya manusia di sesuaikan dengan kebutuhan untuk efisiensi. Mengikut sertakan staff/bawahan dalam acara-acara pengembangan kompetensi seperti diklat,seminar, workshop, dan lain sebagainya sesuai dengan minat dan bakatnya akan menambah pengetahuan dan pengalaman yang nantinya dapat menambah gairah mereka untuk menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang optimal. Staff/bawahan bukanlah orang yang mempunyai tugas untuk menurut dan patuh terhadap keinginan pimpinan, maka memberi kesempatan kepada staff/bawahan untuk mengemukakan pendapat, ikut menyelesaikan masalah dalam konteks musyawarah akan menambah kepercayaan dan loyalitasnya kepada pimpinan. Memberikan kepercayaan yang tinggi kepada staf untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kreatifitasnya asal tidak melanggar aturan yang berlaku akan lebih baik dibandingkan melalui penekanan dengan sebuah keharusan agar sesuai pendapat dan keinginan pimpinan. Memberikan saran, pandangan-pandangan, dan kebebasan dalam pemanfaatan sarana prasarana yang ada dalam rangkan penyelesaian pekerjaan, membuat staff tidak selalu bergantung kepada sarana prasarana yang harus baru. Untuk mengatasi kurangnya sarana prasarana, sebagai pimpinan harus mampu membuat inovasi terobosan-terobosan pengadaan.Kepala sekolah yang selalu konsisten dengan aturan dan kesepakatan bersama dalam sebuah tim akan membawa staff/bawahan menjadi orang-orang yang mempunyai loyalitas yang tinggi pula, baik kepada pimpinan, aturan, maupun pekerjaannya.

Kepala Sekolah/pemimpin dengan empat kemampuan di ataslah yang akan membawa kemajuan bagi instansi/sekolah yang dipimpinnya. Kekurangan dalam penguasaan kemampuan di atas akan mengakibatkan ketimpangan dalam kepemimpinan. Dan sekarang, tinggal anda, calon kepala sekolah, ingin menjadi kepala sekolah professional atau Kepala Sekolah yang hanya menjadi “alas  kaki” atasan.

Semoga bermanfaat.

Baca Selengkapnya - Masalah Kepemimpinan Kepala Sekolah